top of page
  • aak

Pengalaman Kerja-ku dibawah umur.

Diperbarui: 24 Mei 2023



Ada yang merasa penambahan usia belum sinkron dengan penambahan pengalaman kerja ?. Kerja sih udah lama, tapi kenapa daya saing menjadi lebih menurun, apalagi kalau sudah mulai mencoba untuk mencari-cari pekerjaan baru. Sulit rasanya.

Yang pertama perlu dipahami, menurut kami, pengalaman terbentuk dari proses belajar selama kerja. Dimana definisi belajar adalah menerima tantangan dan selalu update dengan perkembangan usaha/bisnis di-luar-an. Dan ini berlaku untuk semua stakeholders, termasuk pemilik usaha/direksi/ dsb. Karena ujung dari proses belajar ini adalah kemampuan adaptasi organisasi terhadap perubahan iklim usaha.

Fakta yang ada,

  1. Tidak semua perusahaan memiliki dana yang cukup untuk training dan lainnya. Sehingga lebih mengharapkan bahwa kualifikasi/requirement pekerja sudah dipenuhi oleh pekerja. Meskipun kebanyakan kasus, ada penyimpangan antara ekpektasi perusahaan dengan apa yang terjadi aktual dilapangan. Dan kebanyakan perusahaan tutup mata, lebih memilih untuk memiliki tingkat turn over yang tinggi sampai menemukan yang pas dibandingkan menghabiskan uang untuk melakukan training yang pada akhirnya, pekerja bisa keluar setiap saat.

  2. Banyak SDM yang masih belum terdidik dengan baik. Berkembang adalah tuntutan yang harus dipenuhi oleh diri sendiri. Dibandingkan “menuntut” kepada pihak lain untuk perkembangan dirinya sendiri, kenapa tidak pakai uang sendiri untuk berkembang ?. Jangan itung-itungan kalau bahasa dagang.

  3. Pahitnya konteks “belajar” di dunia kerja adalah suatu saat harus mau menerima pekerjaan atau beban diluar tanggung jawab. Meskipun upah masih tetap sama sampai berkeluh kesah “pait amat cari duit, orang yang males dibiarkan, orang yang gak pernah protes dikasih kerjaan terus”.

Ih kalo kaya gitu, dipergunakan dong sama perusahaan. Training enggak ada, kerjaan di tambah terus, pulang kerja harus cari-cari ilmu. Pake duit sendiri lagi.


Yuk ubah mindsetnya,


Jika selama kita mengerjakan sesuatu dan hal itu menambah nilai diri sendiri dan syukur-syukur hasil kerjanya juga kepake, itu bukan dipergunakan tapi proses pengembangan diri. Termasuk proses penguatan karakter tanggung jawab terhadap diri sendiri. Dan lihat itu sebagai suatu kesempatan, bukan sesuatu yang bisa membunuh diri kamu melalui penyakit kelelahan yang tiada henti.

Kerja tanpa pengembangan diri hanya akan menambah kuantitas lama kerja tapi tidak menambah kualitas kita sebagai pekerja. Dan suatu saat jika itu terjadi, perusahaan hanya akan melihat pekerja sebagai “beban” bukan “asset”


Ya, paham. Suatu saat juga kamu harus mulai “itung-itungan dagang” dengan perusahaan tempat kamu bekerja. Dengan pengembangan diri yang konsisten, proses negosiasi dengan perusahaan bukan menjadi itung-itungan yang membuat rugi, tapi itung-itungan yang bisa menambah nilai kita sebagai pekerja dan nilai perusahaan. Jika tidak ada kata sepakat, selalu ada pilihan untuk keluar, dan dengan bekal yang ada, akan lebih mempermudah kita menemukan kesempatan baru. Dan sebelum itu, diyakini, perusahaan tempat kita bekerja, akan berusaha untuk mempertahankan kita.


Ih, tulisan ini koq jadi malah mendukung perusahaan untuk tidak melakukan training sih ? Malah melegistimasi untuk melakukan pengembangan sendiri (duit dan waktu sendiri), perusahaan makin happy dong, ada budget yang gak perlu disediakan.

Bentar dulu. Menurut kami saat ini, training, pengembangan kemampuan SDM yang ada diruang lingkup perusahaan seharusnya sudah masuk dalam ranah “CSR - internal” bukan hanya sebagai anggaran biaya yang harus di targetkan setiap tahun.


Seperti yang dibahas diatas, banyak SDM banyak yang kurang terdidik untuk bisa menilai lebih jelas, adil dan berimbang mengenai “penghargaan terhadap diri sendiri”. Dan saya rasa perusahaan sudah harus mulai sadar terhadap itu, mengingat SDM masih merupakan motor utama di mayoritas industri yang ada di Indonesia. Kalau sudah masuk CSR ya itu masuk ke dalam nilai-nilai budaya perusahaan dan kategori nya HARUS, tinggal waktunya KAPAN. Tanpa pondasi pengembangan SDM, perusahaan hanya akan menjadi kendaraan beroda penghasil omset, yang suatu saat kebertahanan perusahaan tidak bisa dikendalikan secara internal.

Maksudnya gini loh,


Menuntut orang lain (perusahaan) berperan dalam pengembangan diri lumrah, tapi jangan sampai menjadi mandul sendiri karena terlalu berekspektasi.


Jangan sampai,


Kerja sudah hampir 20 tahun, ditempat yang sama, perusahaan tidak pernah kasih training. Kerja hari - hari fokus dengan apa yang ada di depan mata. Lupa mengembangkan diri, karena terlalu cape pulang kerja. Sedangkan si bos ternyata makin jelas tuntutan kerjanya. Ditambah sejak covid segala sesuatu dirangkap, upah tidak naik. Terus baru kepikiran “Enaknya aku training apa ya”.


Ada fakta yang belum terlihat, bahwa banyak orang yang sudah siap untuk menggantikan kita, dengan pengalaman dan pengetahuan yang lebih terkini. Dan perusahaan mempertahankan kita karena "kasian sudah lama kerja".


Atau pada saat cari kerja, tidak ada yang mau menerima karena pekerjaan yang ternyata kita kerjakan sudah hilang digantikan oleh teknologi.

Atau bekerja dibawah tekanan, di push kerja sana sini. Mutasi pindah sana sini. Malah jadi demotivasi karena merasa tidak dihargai. Padahal, proses itu digunakan oleh atasan untuk melatih kemampuan dan pengetahuan SDM sebagai bentuk pengalihan proses training yang belum bisa disediakan oleh perusahaan. Mengundurkan diri, dan ternyata baru paham bahwa tuntutan yang diberikan kemarin ternyata membawa dampak yang baik di saat sekarang.

Jadi,


Jangan sampai tiba-tiba menjadi tua dan baru sadar dan sudah terlambat terhambat oleh kualifikasi usia dan harus bersaing dengan kandidat yang lebih terkini pengetahuan dan keahlian. Karena kita terlalu mengharapkan orang lain melakukan sesuatu kepada kita.


Menjadi tua di suatu perusahaan bukan berarti menjadi bangka yang tidak bisa apa-apa.

  • Belajar untuk menjadi seseorang ditempat yang tidak kamu sukai.

  • Menjadi hebat ditempat yang kamu tidak pernah memberikan kesempatan untuk bersinar.

  • Menjadi pelaku aktif setiap perkembangan perusahaan, karena kamu berhak mendapatkan panggung ke-bangga-an meskipun hanya spot diujung sekalipun.


Perlu dimengerti dan dipahami , bekerja bukan hanya menghabiskan waktu ditempat yang sama berulang-ulang. Tapi bagaimana bisa menjadi berbeda tiap hari dan menjadi tetap bersinar di manapun kita berada. Ingat Kualitas waktu diatas kuantitas.


Jangan jadi muka tua, yang benar kata orang, “suka mengerutu gak jelas”. Tapi menjadi tua bangka yang bermuka muda dan meninggalkan legasi yang baik buat penerus diperusahaanya.Your value is start with how you treat yourself. Selalu ingat itu. Tetap hargai dimana kita berada.


Bagi perusahaan, menjadikan pengembangan SDM menjadi CSR, akan meningkatkan nilai perusahaan baik secara produtivitas maupun secara budaya.


Berperan secara aktif agar SDM memiliki kompetensi yang baik, bukan saja menjamin SDM memiliki kehidupan yang layak selama bekerja, tapi menjamin masa depan SDM ketika mereka sudah memasuki masa tua (pensiun) yang tetap harus beraktivitas. Uang pensiun, tunjangan bisa habis, tapi dengan pengembangan kompetensi yang baik, hal tsb bisa menjadi lebih bermanfaat jangka panjang dan mungkin bisa menjadi mitra yang masih bisa bekerja sama.






bottom of page