top of page
  • aak

Pindah Untuk Kebebasan

Diperbarui: 8 Nov 2022



Beberapa orang mungkin menyangka bahwa berpindah kerja (atas kemauan sendiri) adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk meninggalkan "kesengsaraan hidup" di dunia kerja. Banyak kejadian , malah mereka akan menghadapi hal yang sama (malah mungkin lebih parah) dibandingkan kondisi yang sebelumnya ditempat yang baru.


Loh kenapa bisa terjadi ya ? Ini beberapa penyebab berpindah kerja (atas kemauan sendiri) bukan merupakan solusi menurut #HayuTanya - 2 withs and 2 withouts :

  • Exit with Harsh Emotion.

Ini yang sebenarnya sering terjadi. Ketika berada disuatu titik terendah di dunia kerja, kita cenderung menjadi negatif dan mencari pembenaran diri melalui teman-teman kerja yang mengalami hal yang sama. Dan yang buat anehnya lagi, di dukung oleh semua feed di sosial media yang di miliki, mengarahkan untuk segera keluar dari kondisi saat ini. Lalu sebagai bentuk dukungan, memberikan komentar : "Aduhhh related sekali..... doakan ya saya bisa pindah secepatnya". Padahal belum tentu sama kondisi dan situasinya.


Hal ini yang biasanya (kebanyakan) menyebabkan burn out. Tuntutan kerja menjadi lebih menyengsarakan sehingga tuntutan pindah kerja harus segera dilaksanakan.


Bekerja adalah private self journey, dan tidak mungkin memiliki kesamaan dengan journey orang lain. Pastikan keputusan untuk keluar karena pertimbangan pribadi bukan atas pertimbangan orang lain. You owned the path, they are just strangers who stare you at the street.


So better when you are deciding to quit, make sure shut down all your social media, discuss with someone who enjoy working at the same place, and stop negativity. Stop being harsh to yourself during the process.


  • Exit with Common Problem .

Ketika bekerja akan ada hasil yang di pengaruhi oleh seberapa baik kemampuan/skill, kompetensi, kinerja, kemampuan analisa, eksekusi dan lain sebagainya. Tidak tertutup kemungkinan akan mendatangkan hasil yang buruk/tidak sesuai dengan ekspektasi kita atau atasan.


Pastinya perusahaan menghendaki kita memperbaiki masalah yang timbul, pastikan memahami bahwa apa yang diminta oleh perusahaan memang sudah lumrah atau umum (common). Jangan memutuskan untuk keluar kerja ketika kamu berperan sebagai kasir lalu diminta untuk mengganti atas selisih stok opname uang tunai. Jika memang akan berkarier panjang di fungsi kasir, sudah terima saja, hal itu akan menjadi tuntutan umum. Sama seperti Sales yang memilih keluar karena tiap tahun ada peningkatan target omset. That's common, you can't decide based on that.


Atau mungkin berdasarkan pengalaman saya melakukan exit interview, adalah perusahaan terlalu ketat dalam membuat peraturan.


Pastikan paham fungsi, paham tujuan, masalah-masalah yang mungkin muncul, dan tantangan yang akan muncul secara umum di perusahaan manapun. Belajar untuk berdamai dan hidup dengan semua hal yang umum.

  • Exit without Planning.

Sudah pindah ? gimana neh ?


Ya udah jalanin saja, yang penting "nightmare" akan segera berlalu. Hati2, jika seperti ini, sebagai pekerja kadang kurang peka terhadap fakta bahwa nightmare kita di perusahaan itu ada kalanya diciptakan oleh pekerja itu sendiri.


Pastikan ketika berpindah mempunyai time line yang pasti di setiap posisi yang di tekuni, kapan harus promosi, kapan harus mutasi, kapan harus mulai pindah industri, dan kapan harus mulai usaha sendiri. Exit without planning is the same with "kutu loncat" yang menghisap darah untuk mempertahankan hidup sebelum mati.


  • Exit without Knowing.

Setiap tempat berlabuh pasti akan memberikan suatu pengetahuan atau pengalaman yang baru. Misalnya, berada ditempat kerja yang rekan kerja tidak kooperatif, akan memberikan pengalaman/pemahaman/pengetahuan bagaimana menjadi kreatif dalam penyelesaian pekerjaan dengan minim bantuan dari rekan kerja.


Tantangan kerja biasanya ditanggapi secara negatif sebelum positif. Dan ini yang perlu diingat dan digaris bawahi bahwa segala sesuatu akan membawa dampak yang baik bagi kita.


Sebelum memutuskan untuk keluar, pastikan mengetahui apa yang sedang terjadi, kesulitan apa membawa dampak apa, seberapa jauh pribadi berkembang dengan kondisi yang hadapi saat ini. Sehingga jika, sudah memutuskan untuk keluar, dan dipertemukan kembali pada masalah yang sama kita akan menjadi lebih siap. Menjadi "dewasa" dalam suatu proses yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain.




bottom of page