top of page
  • aak

Boss Kepo Yang Ingin Tau Semuanya



Kemarin membantu klien untuk mencari talent untuk menempati posisi supervisor dan manajer.


Dan ada 1 kandidat yang bercerita,


Di perusahaan A bertahan 7 tahun, tapi kemudian mengundurkan diri  karena atasan yang terlalu detail dan mikromanajemen. Segala sesuatu diatur dan harus sesuai dengan apa yang diinginkan atasan.


Lalu di perusahaan B, bertahan kurang dari 1 tahun, karena atasan tidak mau tau dan cenderung otoriter. Ingin semuanya beres tapi tidak memberikan instruksi yang jelas. Sampai ada ucapan “Kamu kan sudah berpengalaman lama diperusahaan sebelumnya, lagian kamu juga kan yang meminta untuk bisa bekerja tanpa instruksi yang detail”.


Jika dilihat dari kasus tersebut ? Bos mana yang sebenarnya yang berperan sebagai “Boss Toxic” ? Atau sebenarnya masalahnya bukan di boss nya ?


Nah.


Banyak dibahas salah satu ciri boss toxic adalah mikromanajemen alias terlalu detail sehingga membatasi tingkat kreativitas pekerja. Katanya, “padahal tim bisa berbuat lebih banyak, coba saja kalau diberikan sedikit kebebasan dalam melakukan pekerjaan”


Sekarang, sebelum pembahasan lebih jauh, coba tulis di sebuah kertas. Apakah saat ini cara/pola  kerja kamu adalah hasil arahan dari boss yang mikromanajemen atau dari bos yang non-mikromanajemen ? Paparkan alasannya.


Kalau saya :


Back Then “I REALLY LOVE MICROMANAGEMENT BOSS” And now, “I WILL BE A MICROMANAGEMENT BOSS”

Tunggu, ini latar belakangnya :



Jadi,


Ketika itu, saya senang memiliki Boss yang mikromanajemen, tapi cukup untuk 12 tahun saja, selama masa pertumbuhan saya. Setelah itu saya harus berani melangkah secara mandiri untuk mengembangkan cara berpikir dan bertahan di dunia kerja. Dan mulai berani mengambil langkah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap perjalanan karier untuk menjadi Boss. Kemudian, saya siap menjadi Boss yang mikromanajemen, tapi hanya untuk talent-talent yang masih membutuhkan arahan, dan juga untuk setiap kondisi yang mengharuskan saya mengambil tanggung jawab penuh atas keberlangsungan perusahaan dan tim.


Teruntuk rekan-rekan yang sedang bekerja dibawah supervisi bos yang mikromanajemen (you think) pilih prilaku yang baik dalam menghadapinya, jangan sampai

  • Menjadi demotivasi tapi tetap bertahan di tempat yang sama.

  • Menjadi apatis dan berakhir pada behaviour copying ketika kamu menjadi boss,

  • Terlalu malas untuk melakukan koreksi dua arah. Jika sulit, ubah diri sendiri dulu, change yourself, kemudian berkomunikasi lebih intens.


Teruntuk boss yang mikromanajemen,

  • You are not (longer as) their babysitter. Let go dan persiapkan mereka untuk bisa hidup tanpa kamu.

  • Bedakan, antara “Being Nice” dan “Be Nice”.

  • Memperhatikan segala sesuatu secara detail tidak akan menolong perusahaan untuk menjadi lebih berkembang.


Menjadi Boss adalah suatu proses, dan kita tidak bisa menyimpulkan berdasarkan kondisi saat ini. Ada alasan mengapa talent yang berasal dari perusahaan traditional/keluarga akan berakhir menjadi boss yang sangat mikromanajemen. Sama seperti juga talent yang berasal dari perusahaan besar - modern terstruktur tidak akan kuat ketika diminta untuk memperhatikan detail.


Jadi mikromanajemen seperti “Cairan Pembunuh Serangga” , toxic but helpfull.  Disemprot secukupnya akan aman, tapi diminum akan mematikan.


Jadi, masih berpikir Toxic Boss adalah Boss yang mikromanajemen ? atau sebenarnya bukan mikromanajemen-nya yang harus di permasalahkan ?

Commenti


bottom of page